Daging glonggongan merupakan produk daging sapi dimana sebelum penyembelihan hewan potong atau sapi diminumkan air (secara paksa) dalam jumlah besar dengan maksud meningkatkan berat daging. Hasilnya, setelah hewan dipotong bobot dagingnya akan lebih tinggi dan, dengan demikian, harga jualnya lebih tinggi.Dalam waktu yang cukup singkat, namun cukup lama untuk penjualan, bobot daging akan menyusut secara drastis setelah airnya keluar. Selain itu daging glonggongan diduga tidak sehat untuk dikonsumsi. Bisa saja daging glonggong keluar dari rumah potong hewan jika tidak diawasi dengan baik.
Ciri-ciri Daging Glonggong
Secara umum ada beberapa ciri-ciri dari daging glongggong. Ciri Fisik sebagai berikut:
- warna merah pucat
- Tekstur lembek berair
- Bau busuk (amonia = pesin seperti air kecing, H2S = Seperti kentut)

Bisa dibandingkan di gambar berikut ini dengan daging sapi normal :

Keterangan sbb:
Daging A : Daging Glonggong
- Warna merah pucat .
- Tekstur lembek
- Bau : Busuk
Daging B : Daging Sapi Normal
- Warna Merah Segar
- Tekstur kencang
- Bau : Khas Sapi
BACA JUGA :
BACA JUGA:
Perbedaan daging glonggong dengan daging normal
Jika daging glongggong, semi glonggong dan daging sapi normal diletakkan di atas kertas, bisa dilihat dari tampilan gambar berikut ini :

- Daging Glonggong :
- Warna Pucat
- Zona Air Luas Muncul pada kertas
- Daging Semi Glonggong :
- Warna Kemerahan
- Zona Air Sedang Muncul pada kertas
- Daging Normal:
- Warna Merah
- Zona Air Muncul setelah beberapa waktu
Selain itu ada juga penilaian karkas dengan standar warna karkas SNI 3932-2008

Namun, harus dikutip pernyatan di SNI bahwa untuk menyesuaikan dengan standar karkas :
Catatan : Perihal menggunakan standar warna karkas dikemukakan oleh drh. Supriyanto juga untuk identifikasi daging glonggong. Namun harus dibaca ketentuan pembacaan warna karkas sesuai SNI bahwa :
Penilaian dilakukan pada karkas dingin dengan temperatur bagian dalam karkas 0 s/d 7 Derajat Celcius dengan melakukan sayatan pada otot punggung (back muscle)atau otot daging kelapa, dan warna pada sayatan tersebut dibandingkan dengan warna standar.
Sumber :
- drh. Supriyanto, rph giwangan kota yogyakarta (melalui akun Facebook)
- Wikipedia
- SNI 3932-2008